Tulisan Bisa Menangis dan Juga Tersenyum

Sumber Gambar: Freepik

Tahukah kamu kalau tulisan itu bisa menangis dan tersenyum? Kedengarannya aneh ya, kok tulisan tersenyum? Menangis?

Tapi memang begitu. Setelah dua tahun menjadi freelance content writer (meskipun sekarang tidak lagi) saya menyadari hal itu. Kalau tulisan yang kita buat itu bisa “menangis” dan “tersenyum”.

Lalu bagaimana tulisan yang menangis dan tersenyum itu?

Coba deh ingat-ingat lagi. Ketika kamu menulis dengan terburu-buru tanpa menghiraukan kualitas dari tulisan tersebut. Atau ketika kamu ingin tulisan segera dibaca orang sehingga langsung saja posting ke blog, tanpa meninjau ulang.

Atau ketika kamu menulis tanpa memikirkan apa yang akan dirasakan oleh pembaca setelah membaca tulisanmu. Sudah ingat?

Jika sudah, saya menyebut hal-hal semacam itu sebagai tulisan yang menangis. Ia sedih karena kehadirannya tidak membuat orang lain (pembacanya) bahagia. Ia hanya hadir saja sebagai tulisan, tetapi tidak ada esensinya.

Nah sekarang, coba ingat yang sebaliknya. Ketika kamu menulis dengan rasa gembira. Atau ketika kamu menulis dengan tulus menggunakan perasaan. Atau ketika kamu menulis untuk seseorang.

Sudah ingat? Inilah yang saya maksud dengan tulisan yang tersenyum. Ia tersenyum karena lahir dari tangan seseorang yang memikirkan orang lain. Seseorang yang menanggalkan egonya untuk dapat “menyentuh” perasaan orang lain.

Dan tentu saja, tulisan yang seperti ini akan mampu membuat orang lain bahagia.

***

Di luar dari dua kategori di atas, ada satu lagi yang pasti kamu juga sudah akrab, yakni tulisan yang “mengkritik”.

Coba ingat-ingat, ketika kamu menulis sesuatu lalu menghapusnya. Atau ketika selesai menyelesaikan tulisan, lalu enggan mempublikasikannya. Tulisan seperti ini tidak mendapatkan kritikan dari orang lain (karena tidak dipublikasikan).

Ia dikritik oleh tulisan itu sendiri.

Posting Komentar untuk "Tulisan Bisa Menangis dan Juga Tersenyum"

Seedbacklink