Membentuk Habits dengan Identitas

Sumber Gambar: Durmonski

Sebelumnya, kita udah bahas tentang 4 tips jitu membentuk habits dan aturan 2 menit yang ampuh banget untuk membangun kebiasaan baru. Namun, kalau ternyata kedua hal itu belum cukup untuk bantu kamu membangun kebiasaan baru, mungkin ada satu yang terlewat.

Ada satu hal yang memang belum dibahas sebelumnya yaitu, membangun kebiasaan berdasarkan identitas.

Selama ini kita membahas tentang habits hanya di permukaannya saja. Apa yang kita bahas hanya seputar proses dan outcome. Seperti misalnya, menulis setiap hari, nge-gym seminggu dua kali, olahraga di rumah setiap hari, dan sejenisnya. Itu ranahnya proses.

Begitu juga tentang menerbitkan buku, punya banyak artikel di blog, badan yang jadi lebih sehat, dan sebagainya. Itu ranahnya outcome.

Kita belum membahas satu hal yang paling penting dan menjadi inti dari membangun habits, yaitu identitas.

Sumber Gambar: Medium Chido Samantha

Adalah hal yang kurang efektif (kalau tidak ingin menyebut sia-sia) ketika ingin membentuk kebiasaan baru tanpa membahas identitas. Sebab, identitas adalah seperti blueprint yang menentukan output. Perilaku yang tidak sesuai dengan identitas akan otomatis tertolak.

Dalam buku Atomic Habits, James Clear memberi contoh dengan negara yang menganut sistem demokrasi dan otoriter. Negara yang menganut sistem demokrasi, cenderung melahirkan sikap yang terbuka, bebas aktif, dan bertukar ide. Sebaliknya, negara dengan sistem otoriter cenderung melahirkan keterpaksaan, tertutup, dan ketakutan berpendapat.

Tidak mungkin mengharapkan keterbukaan yang lebih masif di negara yang otoriter. Dan tidak mungkin pula membungkam gagasan di negara demokrasi.

Dengan demikian, sistem mempengaruhi perilaku. Perilaku yang berlawanan dengan sistem akan dengan sendirinya tersisihkan.

Maka kalau ingin membangun kebiasaan atau pola baru dalam hidup, kita mesti terlebih dahulu memakai identitas yang sesuai (atau menanggalkan identitas yang tidak sesuai).

Sebab, seperti yang sudah disebutkan di awal: perilaku yang tidak sesuai dengan identitas akan secara otomatis tertolak.

Jadi, kalau mau lebih banyak menghasilkan karya tulis, pertama kali tanamkan di dalam diri kamu kalau kamu adalah penulis.

Kalau mau lebih banyak menjual produk, tanamkan terlebih dahulu kalau kamu adalah tipikal orang marketing yang persuasif.

Kalau mau lebih rajin belajar matematika dan fisika, tanamkan terlebih dahulu kalau kamu orangnya sophisticated dan tertarik dengan ilmu alam.

Jangan malah sebaliknya. Ingin membangun kebiasaan menulis tapi meyakini diri sebagai orang yang tidak gemar merangkai kata-kata. Atau ingin membangun kebiasaan bicara di depan umum, tapi menganggap diri sebagai orang yang kaku berbicara (Untuk hal ini, kamu bisa menanamkan identitas sebagai orang yang senang berbicara dari hati ke hati, alih-alih sebagai orang yang percaya diri atau orang yang senang menjadi pusat perhatian.)

Namun, itu saja belum cukup. Setelah menanamkan identitas, selanjutnya buktikan dengan kemenangan-kemenangan kecil. Sebab, hal ini agak tricky. Kalau kamu menanamkan identitas lalu gagal membangun perilaku yang sesuai, kamu bisa kehilangan jati diri.

Jadi, setelah kamu menanamkan identitas sebagai penulis, misalnya, buktikan dengan menulis satu paragraf setiap hari, atau menulis caption lebih sering, dan sejenisnya. Intinya, hal mudah yang secara langsung membuktikan identitas penulis.

Contoh lain, kalau kamu ingin membangun kebiasaan bicara di depan umum, maka setelah kamu menanamkan keyakinan sebagai orang yang senang bicara dari hati ke hati, buktikan dengan bersosialisasi lebih sering, berbicara di depan 2 orang, 3 orang, dan seterusnya.

Dengan konsisten melakukannya, kamu akan secara perlahan meyakini identitas yang kamu bangun di awal. Dan perilaku atau habits yang kamu inginkan pun akan secara otomatis mengikuti.

Posting Komentar untuk "Membentuk Habits dengan Identitas"

Seedbacklink