Resensi Buku Esensialisme: Pikirin yang Penting-Penting Aja!

Ilustrasi Buku Esensialisme Karya Greg McKeown
Sumber Gambar: Twitter Jogja Pustaka @JogjaPustaka

Jika harus merangkum keseluruhan isi buku ini dalam satu kalimat, saya akan merangkumnya ke dalam satu kalimat ini: Pikirin yang penting-penting aja. Yash, pikirin yang penting-penting aja adalah satu kalimat paling tepat untuk mendeskripsikan buku ini.

Saya merangkum keseluruhan isi buku ini dalam 6 bagian, yaitu: 1) Opening; 2) Esensi; 3) Eksplorasi; 4) Eliminasi; 5) Eksekusi; 6) Closing. Selain itu, saya juga memasukkan penafsiran sekaligus contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari agar lebih jelas gagasan yang ingin disampaikan.

Jadi, kalau ada salah-salah dalam penulisan resensi ini, mohon dimaapkan yakk. Okey, yuk kita mulai!

Bagian 1: Opening

Sebelum masuk ke intinya, coba deh kamu jawab tiga pertanyaan berikut ini:

1. Apakah kamu pernah merasa sibuk banget, tapi gak produktif?

2. Apakah kamu pernah merasa overworked, tapi gak bekerja dengan performa yang optimal?

3. Apakah kamu pernah merasa waktu yang kamu punya terus-terusan dibajak oleh kepentingan orang lain?

Jika ya, berarti kamu harus berkenalan dengan buku Esensialisme karya Greg McKeown. Buku ini menawarkan esensialisme sebagai solusi dari tiga permasalahan tersebut. Apa itu esensialisme?

Singkatnya, esensialisme adalah cara untuk membedakan mana yang benar-benar penting dari hal yang kurang penting. Cara ini juga mengajak seseorang untuk berinvestasi pada sesuatu di mana ia dapat memberikan kontribusi tertinggi/ peak tertinggi.

Dengan melakukan yang penting-penting saja, kita jadi bisa berkontribusi pada tingkat terbaik yang bisa diberikan. Kita juga dapat mengatur sendiri waktu dan tenaga mau digunakan untuk apa. Hal ini penting agar hidup tidak terus menerus dibajak oleh kepentingan orang lain.

Greg McKeown penulis buku ini adalah konsultan manajemen yang sudah malang melintang. Dia pernah menjadi pemateri di Google, Facebook, Apple, Twitter, dan LinkedIn. Dia juga merupakan lulusan Stanford University dan penulis buku laris lainnya, yaitu Effortless.

Bagian 2: Esensi

Apakah kamu pernah merasa harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, lalu mengerjakan banyak hal tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu apakah hal itu benar-benar penting untuk dilakukan? Pokoknya, kamu mengerjakan sebanyak mungkin hal deh. Kalau iya, mungkin kamu merasa capek sendiri akhirnya.

Bab awal buku ini mengambil beberapa contoh kisah hidup para tokoh tertentu dalam mencapai kesuksesan karirnya. Dari pengalaman-pengalaman itu, Greg mencoba menjelaskan apa itu esensialisme. Secara sederhana, esensialisme adalah disiplin untuk berupaya mengerjakan hal-hal penting yang memberi kontribusi tertinggi.

Untuk melakukannya, kita bisa mengajukan pertanyaan sebelum melakukan sesuatu, seperti, “Apakah hal ini benar-benar penting untuk dilakukan?”, “Apakah dengan melakukan ini saya bisa memberi kontribusi tertinggi?”, “Apakah hal ini memang harus saya yang mengerjakan atau bisa didelegasikan?”

Pertanyaan-pertanyaan ini mengajak kita untuk mengidentifikasi mana hal-hal yang penting untuk dilakukan, sekaligus mempertanyakan, apakah memang kita yang harus mengerjakannya?

Biar lebih konkret, mari kita pakai contoh. Misal, nyuci motor. Kamu bisa aja nyuci motor sendiri. Namun, kalau kamu bayar orang untuk cuci motor, waktu dan tenaga yang kamu miliki bisa digunakan untuk hal lain yang lebih penting, kan?

Atau, soal karir. Misalnya, kamu bisa aja jadi programmer. Namun, karena kamu punya bakat dan interest di dunia desain, kemungkinan besar kamu akan lebih bisa memberi kontribusi tertinggi ketika menjadi seorang desainer kan? Dibandaing programmer? 

Nah, inilah maksud dari kontribusi tertinggi. Esensialisme gak hanya soal berfokus pada yang penting, tapi juga soal kontribusi terbesar yang bisa diberikan.

***

Tertarik untuk baca bagian 3 hingga bagian 6, serta mengetahui quotes pilihan dari buku Esensialisme ini? Yuk, baca lanjutannya di Karyakarsa kami. Tinggal klik link di sini.

Posting Komentar untuk "Resensi Buku Esensialisme: Pikirin yang Penting-Penting Aja!"

Seedbacklink