Seni Bersikap Bodo Amat Ala Mark Manson

Sumber: Gramedia.com


Akhirnya, setelah beberapa hari tertunda saya bisa posting tulisan lagi di sini. Sudah sekitar seminggu yang lalu saya ingin menulis tentang seni bersikap bodo amat ala Mark Manson yang bermanfaat banget untuk ketangguhan mental, terutama di era sosial media seperti saat ini. Sudah saya buat outline-nya sejak seminggu yang lalu, namun karena satu hal, baru bisa menuliskannya sekarang.


Anyway, kamu udah baca buku Seni Bersikap Bodo Amat karya Mark Manson juga? Gimana menurutmu? Bagus banget, ya? To the point pembahasannya dan gak bikin mumet. Isinya pun banyak bercerita tentang pengalaman Mark Manson sendiri yang dilengkapi dengan teori-teori pengembangan diri. Saya sendiri menganggap buku ini sebagai salah satu buku favorit saya.


Dan seperti yang saya sebutkan di paragraf pertama tulisan ini, buku ini bermanfaat banget untuk ketangguhan mental. Ada dua buku yang sangat membantu dalam menopang ketahanan mental saya yang payah belakangan ini, 1) Setiap Hari Stoik (Ryan Holiday). 2) Buku ini.


Nah, biar gak makin penasaran, langsung aja yuk intip seni bersikap bodo amat ala Mark Manson berikut ini. Oiya, yang saya bahas di sini hanya kulitnya aja, ya. Untuk memahaminya lebih banyak kamu bisa baca sendiri bukunya.


Seni Bersikap Bodo Amat Ala Mark Manson


Seni #1: Masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh; masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda.


Mungkin di antara kamu ada yang mengira kalau bersikap bodo amat dalam buku ini berarti bersikap acuh tak acuh, tidak peduli apapun. Padahal, bukan itu maksud sesungguhnya.


Yang dimaksud bersikap bodo amat dalam buku ini adalah suatu sikap tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak signifikan, tidak bermakna, atau sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan.


Mark Manson mengilustrasikan hal ini dengan kisah ibunya yang ditipu sejumlah uang oleh temannya sendiri. Jika Mark bersikap acuh, tentu ia tidak akan melakulan apa-apa untuk membantu ibunya.


Namun, yang ia lakukan justru sebaliknya. Ia membantu ibunya mencari pelaku tersebut, menyewa pengacara, dan melapor pada pihak berwajib. 


Hal itu ia lakukan karena ia benar-benar tidak peduli! Ia tidak peduli jika pelaku tersebut harus masuk penjara dan menanggung konsekuensi dari perbuatannya.


Jadi intinya, kita tidak mungkin tidak peduli pada apapun. Bersikap bodo amat pada sesuatu sama dengan peduli pada sesuatu yang lain yang lebih berharga.


Seni #2: Untuk bisa mengatakan “bodo amat” pada kesulitan, pertama-tama Anda harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan.


Mengapa kita kesulitan bersikap bodo amat pada sesuatu? Boleh jadi karena kita tidak punya hal lain yang lebih baik untuk dipedulikan.


Mark Manson mengajak pembaca untuk membayangkan seorang wanita tua yang marah-marah kepada kasir toko bahan makanan yang menolak kupon tiga sen miliknya.


Terlihat kecil sekali memang, namun tidak bagi si wanita tua itu.


Di masa tuanya, boleh jadi wanita itu tidak punya hal yang lebih baik untuk dilakukan selain mengguntingi kupon-kupon miliknya. Hanya itu yang ia punya, ia dan kupon tiga sennya. 


Ia tua dan kesepian, sementara anak-anaknya brengsek karena tidak pernah berkunjung. Jadi, saat si kasir tersebut menolak untuk menerima satu pun kupon miliknya, kemarahannya pun meluap.


Ilustrasi di atas cukup jelas, ya? Intinya, untuk bisa bersikap bodo amat pada sesuatu, kita harus punya sesuatu yang lain yang lebih penting dan lebih tinggi nilainya.


Jadi, kalau kamu masih kesulitan bersikap bodo amat pada people you can't have, mungkin kamu perlu memikirkan kembali hal lain yang lebih baik untuk dipedulikan?


Seni #3: Entah Anda sadari atau tidak, Anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan.


Orang-orang memang tidak dilahirkan dalam keadaan tanpa kepedulian. Faktanya, kita dilahirkan untuk risau terhadap banyak hal. 


Mark Manson memberi contoh perihal ini dengan seorang anak kecil yang menangis karena warna biru di topinya tidak sesuai. Sungguh anak kecil yang bikin repot.


Namun, inilah poinnya. Sewaktu kita kecil, semua hal adalah baru dan seru, itu yang membuat segalanya menjadi berarti. Kita jadi peduli terhadap segala hal.


Kita peduli tentang penilaian orang lain terhadap kita, kita peduli tentang cowok/cewek yang manis itu untuk membalas telepon kita atau tidak, dan tentang warna balon ulang tahun kita.


Saat dewasa, dan sudah punya pengalaman, kita mengetahui kalau hal-hal semacam ini tidak memberikan dampak yang cukup besar dalam kehidupan kita.


Penilaian orang lain terhadap kita, atau penolakan-penolakan pahit yang pernah kita rasakan, mulai bisa kita terima sebagai bukan masalah.

 

Kita menerima kenyataan bahwa mungkin kita memang tidak bisa menyembuhkan kanker atau pergi ke bulan atau merasakan puting Jennifer Aniston (mengutip contoh dari Mark). Dan itu tidak masalah. Hidup terus berjalan.


Dan pada saat inilah kita baru bisa mencurahkan perhatian kepada hal-hal yang benar-benar berharga, seperti keluarga, teman-teman, dan ayunan golf kita (masih contoh dari Mark).


Inilah yang disebut kedewasaan, saat seseorang belajar untuk peduli hanya pada yang penting. Dan anehnya, itu sudah cukup membahagiakan.


Itulah kira-kira seni bersikap bodo amat ala Mark Manson yang bisa saya share pada kesempatan ini. Tertarik untuk membaca bukunya?


Posting Komentar untuk "Seni Bersikap Bodo Amat Ala Mark Manson"

Seedbacklink