Workshop Kehidupan: Asyiknya Belajar Kehidupan dengan Filosofi Oomleo
Workshop Kehidupan Bersama Oomleo di Cillo House, Parung Panjang |
Setelah sebelumnya Perpuskita Parung Panjang sukses menggelar talkshow kepenulisan bersama Founder Impactful Writing, Dwi Andika Pratama, pada 5 Juni lalu di Cillo House, Perpuskita Parung Panjang menggelar kembali acara literasi. Kali ini membahas serba-serbi kreativitas bersama Oomleo dalam Workshop Kehidupan.
Pembukaan Acara
Sebelum masuk ke acara inti yaitu Workshop Kehidupan, acara dibuka dengan pertunjukkan live music yang diisi oleh Mawih, musisi asal Pamulang, Tangerang Selatan. Dengan gitar akustik dan harmonika, Mawih membawakan beberapa lagu ciptaannya. Salah satu yang ia bawakan adalah lagu yang terinspirasi dari sang ibu.
“Alhamdulillah, saat ini saya diberi kesempatan untuk merawat ibu di rumah. Lagu ini terinspirasi dari ibu dan diberi judul 1 Triliun Miliar Doa untuk ibu oleh Jason Ranti,” kata Mawih.
Lagu yang mengandung penggalan lirik “di hadapan nominal manusia tak saling kenal” yang dibawakan oleh Mawih berhasil membuat para penonton ikut bernyanyi.
Workshop Kehidupan Bersama Oomleo
Masuk ke acara inti yaitu Workshop Kehidupan, Oomleo membuka dengan penjelasan mengenai kreativitas dan keunikannya. Menurutnya, ketika seseorang memilih menekuni sesuatu karena dorongan kesukaan dan kesenangan menjalaninya, juga kesadaran akan potensi yang dimilikinya, di situlah akan tercipta kreativitas.
Ketika seseorang memilih menekuni sesuatu dengan orientasi kekayaan, kesuksesan, kepopuleran, dan semacamnya, saat itu juga, menurut Oomleo, dia sedang berpikir bukan tentang kreativitas, melainkan berpikir menjadi orang kaya.
“Gue sering banget ngasih analogi seperti ini. Ketika mau jadi dokter, misalnya, orientasinya mau nyembuhin orang atau jadi kaya? Ketika lo milih jadi dokter karena tau dokter itu punya uang, sukses, kehidupan terjamin, dan semacamnya, saat itu juga lo berpikir bukan untuk jadi dokter, tapi jadi orang kaya,” ujar Oomleo.
“Sementara ada satu lagi orang yang pengen jadi dokter karena niatannya gue pengen jadi dokter karena gue punya skill, punya kemampuan, untuk menyembuhkan orang,” sambungnya.
Lalu, Workshop Kehidupan berlanjut dengan membahas prinsip-prinsip atau filosofi Oomleo dalam berkarya. Berikut saya rangkum beberapa insights menarik yang terkandung di dalamnya.
1. Bersenang-senang dengan apa yang dilakukan
Penting untuk bersenang-senang dalam proses kreatif. Menurut Oomleo, kebahagiaan dalam menciptakan karya bukan berada di awal atau di akhir, tapi ada di tengah. Ketika ada kejenuhan, maka penyebab dari rasa jenuh itu harus dicari penyebabnya.
Selain itu, Oomleo juga menyampaikan bahwa kreativitas tidak melulu harus dikaitkan dengan pola ekonomi.
“Apa yang lo dapatkan dari melakukan sesuatu yang lo sukai, itu adalah rewards/bonus. Bukan tujuan akhir,” ujarnya.
2. Berpikir Taktis
Menjawab sebagian besar kegelisahan para audiens, Oomleo menyampaikan bahwa insan kreatif harus mampu berpikir taktis agar bisa berkarya. Jadikan segala keterbatasan yang ada, sebagai bahan bakar untuk melakukan sesuatu. Buang jauh-jauh ilusi bahwa kehidupan orang lain lebih mudah, lebih baik, dan semacamnya.
“Kaga brad, setiap orang punya perjuangan masing-masing dalam hidupnya yang mungkin lo gak tau,” kata Oomleo.
3. Bersyukur
Oomleo menekankan pentingnya bersyukur. Life is good, life is fun, Tuhan itu baik, adalah pandangan yang terpatri dalam dirinya. Hal itu juga yang ia coba tularkan dalam Workshop Kehidupan.
Pengalaman dan contoh kasus ia hadirkan dalam pembahasan soal bersyukur. Sebagai pengingat agar audiens yang hadir tidak mendambakan kepopuleran semata dalam berkarya.
4. Jangan memutus rezeki
Menurut Oomleo, sering kali seseorang memutus rezeki dengan mempersempit pengertian rezeki sebagai uang semata. Padahal, menurutnya, pertemanan dan ilmu juga merupakan bentuk rezeki yang layak disyukuri.
Mindset yang tepat soal apresiasi juga penting dalam bahasan soal rezeki yang hadir lewat karya. Dengan spirit seru-seruan bareng, apresiasi dari penikmat karya adalah hal penting untuk keberlangsungan movement atau pertunjukkan.
“Kalau ada penonton yang rela bayar uang 50 ribu, misalnya, itu berarti dia menganggap uang segitu adalah harga yang layak untuk mendapatkan hiburan dari sebuah pertunjukan, terus rezeki itu kita putus dengan mengatakan pertunjukkan ini gratis,” kata Oomleo, menanggapi kegelisahan seorang penanya yang mengaku merugi ketika mengadakan event.
5. Aware dengan potensi yang dimiliki
Fenomena yang pernah Oomleo temukan dalam komunitas kreatif di daerah adalah, mereka meniru apa yang dilakukan di kota besar lalu menerapkannya di daerah mereka, tanpa mempertimbangkan potensi dan aset yang dimiliki.
Padahal, untuk memaksimalkan impact, seseorang harus aware dengan potensi yang dimilikinya dan memahami medan yang ia geluti.
“Please ketahui dulu apa yang sedang terjadi dengan Parung Panjang…"
"Sudahkah memetakan aset-aset yang dimiliki Parung Panjang? Adakah irisan antara satu dengan yang lain?"
“Lo gak usah ngintip. Lo punya cermin. Lo punya aset yang jauh lebih gede dibandingkan dengan aset yang tejadi di sana.” pungkasnya.
6. Merawat ekosistem kreatif
Di bagian ini, Oomleo menjelaskan dengan mengibaratkan ekosistem kreatif sebagai ekosistem rantai makanan akar-rumput. Hal ini untuk memberikan kesadaran kepada audiens bahwa kerja kreatif itu saling membutuhkan. Bukan hubungan yang satu lebih tinggi daripada yang lain.
“Bahkan band paling terkenal sekalipun, butuh penonton,” pungkasnya.
Penutup Acara
Usai Workshop Kehidupan, acara ditutup dengan pertunjukkan live music kembali dengan penampilan The CroOks, band beraliran Punk asal Parung Panjang. Berbekal gitar akustik Cort, kajon, dan marakas, The CroOks membawakan lagu-lagu The Social Distortion dan beberapa band Punk lainnya yang tidak jarang membuat penonton ikut bernyanyi.
***
Artikel ini sudah saya posting lebih dulu di blog projectgayahidup.blogspot.com. Link: https://projectgayahidup.blogspot.com/2024/06/workshop-kehidupan-Oomleo-asyiknya-belajar-kehidupan.html
Pesan Sekarang