Tidak Perlu Merasa Disayang, Memang Sudah Disayang

Photo by Alex Shute on Unsplash


Dalam Islam, kita mengenal konsep di mana rezeki bisa diundang dengan melakukan amalan tertentu, seperti shalat dhuha, silaturahmi, beristighfar, dan bertakwa. Selain itu, kita juga mengetahui bahwa rezeki bisa datang dari mana saja, termasuk dari arah yang tidak disangka-sangka.


Allah berfirman, Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. (QS At-Talaq:3).


Hanya saja, untuk bisa menyadari poin yang terakhir ini, butuh kepekaan. Selama ini, kita cenderung tidak terlalu peka terhadap rezeki yang datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Saat rezeki itu datang, kita berfokus kepada materinya, kepada makhluk yang memberinya, tapi lupa bahwa yang mengutus orang tersebut untuk membantu kita atau memberi rezeki kepada kita adalah Allah.


Hal inilah yang belakangan ini sedang rajin saya latih. Saya melatih diri untuk peka terhadap innayatullah (uluran tangan Tuhan) kepada saya. Sekecil apa pun. Saya jaga kesadaran saya untuk itu.


Ketika motor mogok, misalnya. Pernah suatu hari motor saya mogok. Lalu saya pasrah saja, saya dorong motor saya menuju bengkel yang jaraknya agak jauh, melewati tanjakan pula. Belum lama saya mendorong, tiba-tiba ada orang tak dikenal yang menawarkan diri untuk stut motor saya menuju bengkel terdekat.


Nah, ini innayatullah. Ini rezeki dari arah tak disangka-sangka. Tapi butuh kepekaan untuk menyadari ini. Kalau gak peka, mungkin saya menganggapnya kebetulan saja.


Contoh lain adalah traktiran kopi. Belakangan ini juga saya sering bokek karena sedang tidak bekerja. Hal ini membuat saya terbiasa bawa uang pas ke warung kopi, cukup untuk beli kopi saja.


Namun, sudah beberapa kali ini ada saja teman atau kenalan yang berinisiatif bayarin saya kopi. Nah, ini juga innayatullah. Rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Terlihat sepele memang. Tapi sudah saya bilang, saya melatih diri untuk peka terhadap rezeki yang datang dari arah tak terduga, sekecil apa pun.


Lagi pula, ukuran besar kecil sesuatu itu relatif, tergantung kita mengkonsepkan diri. Saya memilih untuk memandang secangkir kopi seharga 4 ribu rupiah sebagai hal yang besar, istimewa.


Terlebih, Allah saja di dalam firman-Nya membahas makanan dan minuman, masa saya sombong sekali tidak mau membahas secangkir kopi?


Intinya, pada tulisan ini saya ingin mencoba mengingatkan bahwa selama ini kita sudah sering sekali diselamatkan. Kita sudah diberi rezeki oleh Allah dari arah yang tidak disangka-sangka. Beberapa dari rezeki itu kita sadari sebagai innayatullah, sebagian besar lainnya barangkali kita tidak ngeh dan menganggapnya sebagai kebetulan.


Dengan demikian, sebetulnya selama ini kita “dipelihara” oleh Allah. Kalau kata Mbah Nun, tidak perlu merasa disayang oleh Allah, memang sudah disayang. Tinggal, cukup pekakah kita?


Siapa yang berkeinginan diperpanjang usianya serta diperluas rezekinya, maka hendaklah ia menghubungkan silaturahmi. - Hadits


Posting Komentar untuk "Tidak Perlu Merasa Disayang, Memang Sudah Disayang"

Seedbacklink