Gila Hormat itu Bikin Nggak Bisa Nulis
Gue membuat blog ini pada 1 Desember 2021. Saat lagi ngopi di warung kopi langganan, bersama seorang teman. Gue inget banget, waktu itu gue minta tolong dibantuin beli domain di Exabytes. Ngga kok, gue ngga dibayar nulis ini oleh Exabytes. Kalo dibayar, maka tulisan barusan bakal gue lanjutkan dengan "ayo beli domain di Exabytes!" or something like that lah 😆
Namun, sudah 2 bulan berlalu sejak hari itu dan blog ini masih saja sepi dari tulisan-tulisan. Yaa, walaupun tidak sesepi hatimu ketika ditinggal pamit oleh si dia, tapi percayalah, blog yang sepi adalah representasi dari sepinya ide di kepala pemiliknya. Atau mungkin pemilik blognya mager aja. Which is gue mager~
Dan kemageran ini bukannya tanpa alasan. Belakangan ini, gue memang stuck. Gue kena writer's block. Aktivitas menulis jadi hal yang sulit dilakukan. Padahal, dulu, menulis adalah satu-satunya hal yang bisa gue lakukan WKWK. Gila sih, kalau akhirnya menulis pun tak bisa, fix, gue gak bisa apa-apaan.
Ironis guys. Saking ironisnya, tertawa "wkwk" saja tidak cukup. Harus "wkwk" yang banyak seperti yang ada di sticker ini:
Tapi hal ini membuat gue bertanya-tanya. Pertanyaan mendasar seperti "ada apa?", "why?". Kenapa gue nggak kunjung bisa menulis hingga saat ini? Padahal, dulu, apapun bisa jadi bahan tulisan. Mulai dari yang sepele kayak jalan kaki ke warung. Sampe ke hal yang agak nggak sepele kayak jalan kaki ke ruang dosen pembimbing. Yang ada di warung. EHEHE ngga deng.
Apa karena gue sekarang udah "dewasa", ya? You know, pemikiran orang dewasa yang sudah dominan realistis dan nggak terlalu kuat dengan imajinasi. Hm, mungkin. Bisa aja begitu. Tapi setelah gue pikir dengan seksama, ternyata bukan itu alasannya. Pemikiran khas orang dewasa yang mematikan imajinasi itu cuma asap dari bara yang lebih dalam. Dan kamu tahu apa bara yang lebih dalam itu?
Tidak lain dan tidak bukan adalah: Perasaan gila hormat.
Ya, agak tidak to the point memang. Tapi inilah biang keladinya. Akar dari masalahnya. Sesungguhnya, bukan imajinasi yang tumpul, tapi perasaan takut dianggap bodoh-lah yang mematikannya seketika. Gue terlampaui ingin terlihat pintar dan bisa menulis sesuatu yang "Wah". Sesuatu yang nggak cuma haha-hihi doang. Tapi yang serius juga gitu.
Sekarang, gue pikir-pikir, apa yang salah dari tulisan yang haha-hihi? Tulisan haha-hihi bukanlah tulisan yang salah. Tulisan yang haha-hihi adalah tulisan yang haha-hihi.
Namun, kejernihan pemikiran seperti ini tidak akan disadari oleh yang diliputi perasaan gila hormat. Which is gue sendiri.
Perasaan gila hormat juga sudah menghalangi gue dari jujur dengan diri sendiri. Padahal, untuk bisa menulis seseorang harus bisa terlebih dahulu jujur dengan dirinya sendiri. Dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan. Dengan tulus mengamati objek yang ada di kehidupan sehari-hari, lalu mengambil sudut pandang yang tajam untuk itu.
Yah, begitulah. Kalau ada yang bisa dipetik dari tulisan ini, maka itu adalah tentang gila hormat yang bikin nggak bisa nulis. Kalau mau jadi penulis, jangan gila hormat.
Posting Komentar untuk "Gila Hormat itu Bikin Nggak Bisa Nulis"
Posting Komentar